PEJUANG KEDAMAIAN

semangat, setia, istiqomah

PERJALANAN DARI LURAH MENJADI KETUA HAFLAH

Pondok pesantren Darussalam Dukuhwaluh adalah sebuah lembaga pendidikan non formal yang berbasis terpadu dan memiliki segudang aktivitas di dalamnya. Maka tidak heran jika pola kebersamaan yang terjalin sangat mempengaruhi eksistensi pondok tersebut. Namun, di dalam pesantren tersebut ada hiraraki kekuasaan yang tidak bisa diabaikan begitu saja, karena hierarki tersebut akan mempengaruhi jalannya sebuah sistem di dalamnya.

Perihal ini dikaitkan dengan adanya seorang pemimpin, yaitu Kyai sebagai pemegang segala otoritas penuh sebuah kebijakan dan adanya kepala pondok yang dalam pesantren salaf disebut sebagai lurah memiliki peran yang tidak kalah penting, karena lurah dalam pondok pesantren merupakan tangan kanan dan sebagai penyampai kebijakan berkaitan dengan santri. Dengan mengadopsi apa yang dikatakan oleh Zhamkarie Dhofier dalam bukunya tentang unsur-unsur pesantren terdiri dari Rumah Kyai, Masjid, Asrama, Santri, dan Pembelajaran. Kemudian kaitannya dengan dinamika yang terjadi di dalam pesantren tersebut, bahwa proses pembelajaran dan pengkaderan merupakan sebuah keharusan, karena melihat dari mayoritas santri adalah pelajar, di mana keberadaan mereka yang menetap tidak lebih dari waktu 5 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh selesainya studi mereka dalam sekolah-sekolah yang ditempati atau telah lulus kuliah.

Kemudian kegiatan (event) besar yang dijadikan sebagai ajang promosi pesantren adalah di adakannya Haflah Akhirussanah yang menjadi kegiatan rutinan setiap tahun di pondok tersebut. Dan dalam pembentukan serta pemilihan ketua panitiapun harus memperhatikan segi kualitas dan aktivitas setiap calon. Kenapa demikian?. Karena jalannya event tesebut sangat membutuhkan biaya, tenaga, dan loyalitas yang tinggi. Sehingga proses pengkaderan yang dibentuk sejak awal menjadi santri tidak ada. Hal ini dibenarkan dengan terpilihnya mantan ketua pondok atau lurah pada periode 2007-2008 sebagai ketua panitia Haflah pada tahun ini. Hal demikian sangat tragis dan memprihatinkan dan merupakan sedikit potret kurang perhatiannya seseorang dalam menentukan dan memilih. Bisa juga dikaitkan dengan adanya Krisis Pengkaderan. Mudah-mudahan kejadian ini bisa menjadi sebuah refleksi khusus bagi kita semua yang nantinya jika kurang mencermatinya, maka kejadian seperti ini akan terjadi lagi secara terus-menerus.

Kemudian kapan saatnya kita memberikan kepercayaan kepada orang di sekitar kita yang memiliki kemampuan, bukan percaya kepada mereka yang sudah teruji kredibilitasnya. Sehingga proses pembelajaran bisa terlaksana dengan baik dan pengkaderanpun akan selalu ada. Karena mau tidak mau nantinya kita dituntut perannya setelah keluar dari podok dan hidup dalam masyarakat luas. Dari mana lagi kita belajar kalau bukan dari pesanteren ini. Dan untuk para santri marilah kita berjuang bareng-bareng demi kesuksesan Haflah Akhirussanah 2010. Seperti apa yang dikatakan oleh ketua panitia saat memimpin rapat pertama yaitu: ”Setelah berhasil menunjuk seseorang menjadi ketua maka kita yang memilih tidak boleh dan JANGAN cuci tangan dulu, justru membantu ketua sampai melaksanakan tugasnya hingga rampung dan kerjasama sangat dituntut guna memperlancar jalannya kegiatan tersebut”.

Semoga ini bisa menjadi motivasi tersendiri buat teman-teman santri yang ingin berjuang bareng-bareng dalam memperkaya pondok ini dengan segala kemampuan kita miliki secara ikhlas. Amiin...

Created By: SAM